Kamis
23, Desember 2011. Fakultas sastra mengadakan kuliah umum dengan mendatangkan
Harry A Poeze. Seorang searawan dari leiden, Belanda. Ia mulai penasaran dengan
sosok tan malaka. Sang revolusioner, yang selalu membela dan cinta dengan tanah
airnya. Sampai akhirnya ia mulai mecari informasi dimana Datuk tan Malaka yang
bernama asli Ibrahim ini meninggal setelah kemerdekaan Indonesia yang belum
sepenuhnya seratus persen.
Tanmalaka
hilang dan dipastikan meninggal pada tahun 1949. Saat mempertahankan Republik
pada proklamasi 17 Agustus 1945 yang terancam dilikuidasi oleh perjanjian
linggarjati dan Renville menjadi Negara-negara bagian yang didirikan Van Mook
dan van Der Plaas. Pada bulan maret 1963, Presiden RI pertama yaitu Soekarno
telah menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan
keputusan presiden tahun No. 53 tahun 1963.
Tan
malaka dikatakan sebagai bapak Republik Indonesia seperti dalambu kunya yang
berjudul “naar de republiek indonesische” (Menuju Republik Indonesia) pada tahun
1925. Buku tersebut dicetak di Malaya dan diselundupkan masuk ke
Indonesia lewat para jemaah haji. Barangkali karena ideologinya akhirya Bapak Republik
tersebut tidak begitu dikanal oleh bangsanya sendiri.Terutama era
Orba. Setelah
ia memperjuangkan bangsanya oleh Imperialisme Belanda maupun jepang. Menurut
Harry A Poeze, Sejarawan dari Belanda yang sudah separuh hidupnya dihabiskan
untuk meneliti Tan Malaka, Bahwa tanmalaka Akhirnya terbunuh oleh bangsa yang
ia perjuangkan.
Sejak
Runtuhnya Soekarno dan digantikan oleh Orde baru soeharto, Tan Malaka semakin
tidak diakui dan dikenal. Soeharto
sangat menentang golongan yang beraliran kiri, Komunis, Sosialis, seperti Tan
malaka, Marxis, Leninisme. Sejak meletusnya peristiwa G. 30 SPKI yang dijadikan
soeharto sebagai legitimasi kekuasaan fasismenya. Tan Malaka tidak lagi di
cantumkan sebagai pahlawan di Indonesia.
Tan
malaka mulai ditemukan kembali setelah lama menghilang ditelan oleh sejarah
yang sengaja di lupakan dan kematiaanya yang misterius. Menurut Poeze, sudah
ditemukan kepastian dimana makam Datuk Tan Malaka ini di Desa Selopanggung,
Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Meskipun belum sepenuhnya 100%
makamnya, namun sudah banyak membuktikan dari hasil tes DNA maupun forensik
untuk mencari kebenarannya.
Selama
hidupnya, ia selalu berpindah tempat. Hampir separuh dunia perjalanan yang ia
tempuh. Dari penjara kepenjara dalam kepungan yang selalu menjadi santapan
buronan. Selama 20 tahun ia berada di luar negri untuk belajar dan
memperjuangkan gerakannya membela Negara yang di cintai. Tidak heran jika ia
disebut sebagai Ce Guevaranya Indonesia. Karena banyak hal yang sudah ia
korbankan untuk membela rakyat serta untuk mencerdaskan anak bangsa, seperti
yang pernah ia lakukan di Sumatra, saat berada di Deli. Sebuah perkebunan the dan tembakau Milik Belanda. Ia menjadi
pengajar untuk anak-anak kuli kontrak di deli yang kejam itu.
Pemikiran Tan
Malaka sungguh cemerlang dengan karya-karyanya seperti Magis, Dialektika, Logika
(MADILOG), Sebagai Ketua Komunis Internasional di Moskow, Pendiri partai Murba.
Selain itu Soekarno sendiri juga banyak belajar darinya. Bahkan ia pernah
berkata bahwa, “Bila terjadi sesuatu pada diri saya (tewas atau ditahan musuh),
maka pimpinan revolusi akan saya serahkan kepada saudara (Tan Malaka).”
Soekarno merasa menemukan persamaan pandangan dan cita-citanya dengan Tan
Malaka, sehingga Soekarno pada saat itu mengatakan kepada Tan Malaka.
Pada
bulan Januari 1946, Tan Malaka Sebagai Pioner mendirikan gerakan kelompok organisasi
dari parpol serta laskar bersenjata, yang terdiri dari 141 organisasi. Mereka
mempunyai misi untuk merdeka seratus persen yang didukung oleh Jendral Sudirman
dengan mengatakan, lebih baik kita mati
di bom atom dari pada merdeka kurang seratus persen.
Refrensi: Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa, Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar