Jumat, 05 April 2013

Sedikit Tentang Tan Malaka




Kamis 23, Desember 2011. Fakultas sastra mengadakan kuliah umum dengan mendatangkan Harry A Poeze. Seorang searawan dari leiden, Belanda. Ia mulai penasaran dengan sosok tan malaka. Sang revolusioner, yang selalu membela dan cinta dengan tanah airnya. Sampai akhirnya ia mulai mecari informasi dimana Datuk tan Malaka yang bernama asli Ibrahim ini meninggal setelah kemerdekaan Indonesia yang belum sepenuhnya seratus persen. 

Tanmalaka hilang dan dipastikan meninggal pada tahun 1949. Saat mempertahankan Republik pada proklamasi 17 Agustus 1945 yang terancam dilikuidasi oleh perjanjian linggarjati dan Renville menjadi Negara-negara bagian yang didirikan Van Mook dan van Der Plaas. Pada bulan maret 1963, Presiden RI pertama yaitu Soekarno telah menetapkan Tan Malaka sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional berdasarkan keputusan presiden tahun No. 53 tahun 1963. 

Tan malaka dikatakan sebagai bapak Republik Indonesia seperti dalambu kunya yang berjudul “naar de republiek indonesische” (Menuju Republik Indonesia) pada tahun 1925. Buku tersebut dicetak di Malaya dan diselundupkan masuk ke Indonesia lewat para jemaah haji. Barangkali karena ideologinya akhirya Bapak Republik tersebut tidak begitu dikanal oleh bangsanya sendiri.Terutama era Orba. Setelah ia memperjuangkan bangsanya oleh Imperialisme Belanda maupun jepang. Menurut Harry A Poeze, Sejarawan dari Belanda yang sudah separuh hidupnya dihabiskan untuk meneliti Tan Malaka, Bahwa tanmalaka Akhirnya terbunuh oleh bangsa yang ia perjuangkan. 

Sejak Runtuhnya Soekarno dan digantikan oleh Orde baru soeharto, Tan Malaka semakin tidak diakui dan dikenal.  Soeharto sangat menentang golongan yang beraliran kiri, Komunis, Sosialis, seperti Tan malaka, Marxis, Leninisme. Sejak meletusnya peristiwa G. 30 SPKI yang dijadikan soeharto sebagai legitimasi kekuasaan fasismenya. Tan Malaka tidak lagi di cantumkan sebagai pahlawan di  Indonesia. 

Tan malaka mulai ditemukan kembali setelah lama menghilang ditelan oleh sejarah yang sengaja di lupakan dan kematiaanya yang misterius. Menurut Poeze, sudah ditemukan kepastian dimana makam Datuk Tan Malaka ini di Desa Selopanggung, Kecamatan Semen, Kabupaten Kediri, Jawa Timur. Meskipun belum sepenuhnya 100% makamnya, namun sudah banyak membuktikan dari hasil tes DNA maupun forensik untuk mencari kebenarannya. 

Selama hidupnya, ia selalu berpindah tempat. Hampir separuh dunia perjalanan yang ia tempuh. Dari penjara kepenjara dalam kepungan yang selalu menjadi santapan buronan. Selama 20 tahun ia berada di luar negri untuk belajar dan memperjuangkan gerakannya membela Negara yang di cintai. Tidak heran jika ia disebut sebagai Ce Guevaranya Indonesia. Karena banyak hal yang sudah ia korbankan untuk membela rakyat serta untuk mencerdaskan anak bangsa, seperti yang pernah ia lakukan di Sumatra, saat berada di Deli. Sebuah perkebunan the dan tembakau Milik Belanda. Ia menjadi pengajar untuk anak-anak kuli kontrak di deli yang kejam itu. 

Pemikiran Tan Malaka sungguh cemerlang dengan karya-karyanya seperti Magis, Dialektika, Logika (MADILOG), Sebagai Ketua Komunis Internasional di Moskow, Pendiri partai Murba. Selain itu Soekarno sendiri juga banyak belajar darinya. Bahkan ia pernah berkata bahwa, “Bila terjadi sesuatu pada diri saya (tewas atau ditahan musuh), maka pimpinan revolusi akan saya serahkan kepada saudara (Tan Malaka).” Soekarno merasa menemukan persamaan pandangan dan cita-citanya dengan Tan Malaka, sehingga Soekarno pada saat itu mengatakan kepada Tan Malaka. 

Pada bulan Januari 1946, Tan Malaka Sebagai Pioner mendirikan gerakan kelompok organisasi dari parpol serta laskar bersenjata, yang terdiri dari 141 organisasi. Mereka mempunyai misi untuk merdeka seratus persen yang didukung oleh Jendral Sudirman dengan mengatakan, lebih baik  kita mati di bom atom dari pada  merdeka  kurang seratus persen.  

Refrensi:  Seri Buku Tempo: Bapak Bangsa, Tan Malaka: Bapak Republik yang Dilupakan,
Top of Form
Bottom of Form
Top of Form
Bottom of Form

Tidak ada komentar: