Sabtu, 04 Februari 2012

Perjalanan historiografi indonesia

Mulai dari periodesasi dikenalnya tulisan di indonesia. Berawal dari masa kerajaan atau yang lebih akrabnya dikenal zaman tradisonal. Pada masa ini tulisan yang disajikan mengandung nilai subjektifitas penuh dari penulis dan memiliki muatan kepentingan raja (Politik) sebagai sarana legitimasi untuk mempertahankan kedudukan, agar diakui kekuasaan, dan lain sebagainya terkait dengan kepentingan sebuah rezim. Jenis tulisan tradisional yang sudah banyak dikenal berupa babad, serat, hikayat dan masih bnayk lagi.

Memasuki era perubahan ketika indonesia dimasuki oleh para kolonial dari belanda. Indonesia dijajah selama 300 tahun. Jenis tulisan yang disajikan bermuatan adalah eropa sentris. Warisan sistem pemerintahan tradisional masih melekat secara kultur di masyarakat. Sehingga pihak kolonial juga menerapkan sistem tersebut untuk dimanfaatkan sebagai media kontrol sosial. Mulai dari pemanfaatan orang orang bangsawan pribumi yang notabene dihormati dibagian masyarakat saudagar dan buruh. Para bangsawan tersebut dimanfaatkan sebagai anak buah pemerintahan kolonial untuk menjalankan proses kolonialisasi.

Tulisan sejarah yang dimuat hanya menuliskan orang-orang besar. Semua orang yang berani malawan akan di adili dan diasingkan. Masyarakat dibuat tidak tahu dengan kondisi pemerintahan yang sebenarnya. Selain itu rasa nasionalime juga dibekukan. Tidak heran jika media, maupun berbagaia tulisan yang memuat kritik akan di tenggelamkan. Misalnya saja karya Pramoedya Ananta Toer, Mas Marco yang menuliskan kritik era kolonial meskipun dalam bentuk karya sastra juga di hapus atau dilarang untuk dibaca. Orang-orang yang menuliskan sejarah zaman tersebut kebanyakan orang eropa sendiri. Maka tulisan yang dihasilkan juga beraliran eropa sentris.
Jika dibandingkan dengan zaman tradisional masa kerajaan. Penulisan sejarah memang sudah mengalami kamajuan di era kolonial. Ini yang disebut sebagai perubahan modern dalam penulisan. Mereka sudah menggunakan metodelogi dalam penulisan. Artinya tidak bersifat subyektif. Hanya saja masih muncul kepentingan politik dalam penulisan tersebut.

Setelah indonesia menemukan jati dirinya berupa kemerdekaan, Dipimpin oleh presiden soekarno yang ber idiologi sosialis komunis, akhirnya banyak ditemukan orang-orang yang berani melawan pada masa kolonial yang pada waktu itu disebut sebagai ‘peberontak’, kali ini di era pergerakan kemerdekaan (nasionalisme) dijadikan sebagai pahlawan. Jiwa zaman yang demikian memunculkan sebuah pengakuan sejarah yang menuliskan orang orang besar sebagai pahlwan termasuk soekarno sendiri. Hal ini bertujuan untuk membangkitkan rasa nasionalisme bangsa indonesia yang baru merdeka.

Kondisi yang demikian membuat pemahaman sejarah berlawanan. Yang awalnya pada zaman kolonial orang-orang yang berani malawan dikatakan sebagai pemberontak. Kali ini pada zaman kemerdekaan para pemberontak tersebut dan baru disadari menjadi pahlawan. Misalnya saja pangeran diponegoro.

Setelah sokarno turun dari jabatannya ditandai dengan peristiwa G30SPKI. Digantikan olah soeharto yang pada waktu itu merupakan panglima TNI. Zaman ini disebut sebagai Orde baru menggantikan orde lama soekarno. Banyak terjadi pembaharuan mulai dari kondisi ekonomi sampai proyek pembangunan. Memperbaharui kondisi pada era soekarno. Akhirnya sejarah menulis kebesaran soeharto dan kemenangan baru, juga kabar baik bagi masyarakat indonesia. Penulisan sejarah nasional mulai di buat, yang dipelopori oleh nugroho notosusanto. Penulisan sejarah tersebut untuk diterapkan di pelajaran sekolah. Bukan hanya itu, peristiwa G30SPKI juga selalu ditanaman dibenak masyarakat dengan mewajibkan menonton film dokumenter peristiwa tersebut setiap hari peringatan dan kemerdekaan. Dalam film tersebut ditayangkan kebesaran TNI dan Soeharto yang menggambarkan kebobrokan PKI, yang pada waktu itu membantai kaum NU.
Ternyata, setelah memasuki era reformasi dengan tumbangnya rezim soeharto tahun 1998 bulan Mei. Suharto yang telah berkuasa selama 33 tahun, rakyat dimanjakan dengan hutang dari investor asing. Rakyat indonesia menjadi terkejut dengan kenyataan sejarah. Ternyata peristiwa G30SPKI dalangnya adalah soharto sebagai sarana legitimasi. Hal ini mulai diketahui dengan kebebasan media Pers untuk memberitakan kondisi pemerintahan soeharto.