Jember, 20 Juni 2014.
Hari ini, saya memiliki agenda pribadi untuk segera
menyelesaikan tugas akhir kuliah. Pada Tanggal 19 Juni kemarin, saudara saya
dari Bali telfon. Ia sedang ada di rumah saya (Banyuwangi, Muncar). Ia menyakan
kabar dan kapan saya bisa pulang ke Banyuwangi agar bisa menemaninya untuk
sekedar ngopi, dan memancing ikan. Untuk itu, mengapa pada Tanggal 20 Juni,
saya harus segera selesaikan revisi tugas akhir kuliah.
Sejak tadi pagi, HP saya memang sengaja saya singkirkan.
Agar tidak mengganggu aktifitas mengerjakan tugas akhir. Saya memang tipe orang
yang tidak bisa fokus ke banyak hal, agar konsentrasi terjaga, Hp saya
singkirkan terlebih dahulu. Untuk hari ini saja.
Capaian saya untuk segera menyelesaikan revisi tugas akhir
hari ini memang belum selesai. Pada sore hari sekitar pukul 17.00 WIB, Hp
kembali saya tengok. Tiba-tiba ada pemberitahuan panggilan tidak terjawab dari
Pak Lik saya yang ada di banyuwangi sebanyak 10 kali. Ada juga laporan
panggilan tidak terjawab dari Pak Lik saya dari Jember sebanyak 4 kali. Tanpa
meninggalkan pesan SMS. Saya berpikir sejenak, untuk mempertanyakannya. Ada apa
ini ? Sebab, tidak biasanya keluarga saya menelfon atau memberi kabar. Kalau
bukan persoalan yang penting.
Tidak lama kemudian saya teringat, bahwa keluarga saya yang
dari Bali masih di rumah. Barangkali ia ingin saya segera pulang untuk
menemaninya. Tidak banyak pikir, karena hari juga sudah sore. Saya langsung
tancap gas untuk pulang ke rumah Banyuwangi, sekitar pukul 18.00 WIB.
Saat sedang di perjalanan, masih sampai di Terminal Pakusari
Jember, Hp saya kembali bergetar. Pak Lik dari Banyuwangi kembali menelfon.
“Lil, kamu dimana? (dengan bahasa Jawa),” tanya Pak Lik
tergesa-gesa.
“Aku lagi di Jalan, Lik. Iki perjalanan pulang ke
Banyuwangi. Ada apa Lik?,” tanyaku singkat.
“Kamu apa ketangkap
Polisi? Katanya kena kasus narkoba?”
“Kok bisa, saya lo seharian tidak kemana-mana? Kabar
darimana itu?,” tanya saya penasaran.
Ternyata, menurut Pak Lik. Kabar saya tertangkap Polisi
karena terlibat dalam kasus narkoba sudah menyebar ke beberapa tetangga. Rasa
penasaran saya bercampur aduk dengan emosi. Siapa yang beraninya memberi kabar
seperti ini. Pak Lik bercerita kalau siang tadi ada telfon dari seseorang yang
mengaku dari kepolisian. Kebetulan yang menerima telfon Ibu saya, lewat Hp adik
saya. Kurang lebihnya, orang yang mengaku Polisi tersebut berkata, “Anak anda
sekarang ditangkap Polisi, karena terlibat kasus narkoba. Barang buktinya telah
ditemukan di sakunya.”
Ibu saya lalu menjawab, “ Siapa? Ulil ta?”
Ibu saya lalu menjawab, “ Siapa? Ulil ta?”
Sontak orang aneh itu menjawab “Iya, Ulil anak Ibu. Sekarang
kasusnya mau diselesaikan secara kekeluargaan atau anak anda akan dipenjarakan?
”
Ada beberapa keanehan dalam obrolan tersebut. Pertama, ia
tidak secara langsung menyebut nama saya. Ia hanya tahu nama saya setelah Ibu
yang memberitahu. Saya yakin, bila Ibu bertanya, “Anak saya siapa namanya?”
orang yang sedang menelfon Ibu saya tidak akan tahu siapa nama saya. Bila ini
kasus penipuan untuk mendapatkan uang.
Kedua, sejak kapan
kasus narkoba bisa diselesaikan dengan cara kekeluargaan? Setahu saya, pelaku
yang terlibat dalam kasus narkoba akan langsung dijebloskan ke penjara. Setelah
melalui serangkaian proses peradilan. Atau setidaknya, ada prosedur
administratif lewat surat resmi, bila menghubungi kelurga bersangkutan. Apakah
ini modus penipuan baru? Pelaku bisa dilepas kembali setelah ditebus dengan
uang lewat cara penyelesaian “kekeluargaan”.
Dalam setengah hari tadi, keluarga saya bingung setengah
mati. Beberapa kantor kepolisian telah dihubungi untuk memastikan kabar
tersebut. Kebingungan tersebut muncul karena Hp saya tidak bisa dihubungi atau
tidak dijawab. Barangkali ini memang hari tersial saya. Keputusan untuk
meninggalkan alat modernitas bernama Hp ini memang tidak bisa sepenuhnya
ditinggalkan. Selama keberadaan saya sedang jauh dengan keluarga.
Baru besok pagi, saya akan memutuskan untuk pulang ke rumah.
Setelah mendapatkan kabar buruk saat saya masih berada di jalan tadi. Selain
itu, Pak Lik dan Mas Ipar saya yang ada di Jember ternyata sedang ngopi di
depan kantor Radio Prosalina. Mereka sudah setengah hari ini juga bingung
mendengar kabar buruk ini. Pak Lik dan Mas saya ini tinggal di daerah kecamatan
Wuluhan. Mereka datang ke kawasan kampus hanya ingin memastikan keberadaan saya
dengan mencari lokasi kos saya. Untuk itu, saya langsung putar balik menuju ke
warung depan Prosalina dan tidak jadi pulang. Untuk menggali informasi lebih
dalam, tentang kronologi permasalahannya .
Di depan kantor Radio Prosalina, saya memesan segelas kopi
sambil makan tahu goreng. Pak Lik dan Mas Ipar saya terlihat mengamati fisik
saya dalam-dalam. Tak banyak basa-basi saya langsung bertanya. Sebenarnya
informasi ini datangnya dari mana? Kedua
keluarga saya itu pun bercerita. Kebetulan Mas Ipar saya, Bapaknya adalah seorang
polisi yang berdinas di Polres Jember. Ia bertanya kepada Bapaknya. Dari
obrolan tersebut, bahwa tidak ada operasi kasus narkoba di Jember tadi malam.
Rasa kawatir Pak Lik dan Mas Ipar saya mulai reda. Mas Ipar saya lewat pendapat
Bapaknya, bahwa kasus ini merupakan modus penipuan untuk mendapatkan uang.
Tidak lama kemudian, saya meminta nomor orang yang telah
melakukan penipuan ini. Atau bisa dikatakan orang yang ingin mencemarkan nama
baik. Dengan cara menyebar fitnah. Saya langsung menghubunginya, namun
berulangkali tidak ia angkat. Ini nomor telfonnya 085 270 904 757.
Sebenarnya saya tidak ingin menyebarkan permasalahan saya ke
publik. Hanya saja, ini kasus yang sangat berbeda. Sifatnya bukan permasalahan
personal. Ini merupakan kasus yang melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar.
Semoga saja tidak ada lagi yang menjad korban.