Minggu, 14 Juli 2013

Teluk Gubis

Pada pagi yang buta itu, aku sematkan sepucuk kerinduan di keningmu.
Aku tahu, tiada yang bisa memiliki kebenaran tunggal, kecuali kepercayaanku kepadamu.
Pada hari pertemuan kita yang ke sekian kali di teluk gubis itu.
Ada sebuah kenangan yang masih menebal sampai sekarang.

kenangan itu berupa kata-kata yang sempat kamu ucapkan hingga membuat kita saling menyambung tawa. Pada pagi yang gigil itu, kita sudah bersemangat membelah dingin menuju air yang biru.
Itu adalah lahan yang tidak sempat distempel oleh kelompok bersepatu.
 Lahan yang siap kita panen kapan pun, semau kita.

Apakah kamu masih ingat, pada malam yang sempat membuatmu mengaguminya.
Malam yang biasanya membuat gendang telingamu retak.
Malam yang biasanya membuat kantongmu harus berbagi antara perut dengan cahaya.

Tapi tidak pada malam itu, kamu terlihat sungguh bahagia.
 Malam itu, hanya ada cahaya bintang dan bulan.
 Saat kita kembali untuk pulang, aku menyuruhmu melihat langit.
 Bulan dan bintang itu seolah mengikuti langkahmu.

M. Ulil. A







Tidak ada komentar: