Jember, 7 April 2013.
Liputan Majalah Tempo pekan ini mengulas kasus
pembunuhan empat tahanan di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas), Cebongan, Sleman
Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Diduga kuat pelaku pembunuhan dari Koppasus.
Analisa Tempo dalam laporan investigasinya ini cukup mendalam. Dugaannya sangat
masuk akal. Koppasus melakukan balas dendam setelah ke empat tahanan membunuh Sersan Kepala Santoso Anggota Koppasus TNI AD
dari Grup II, Kandang Menjangan, Kartasura, Jawa Tengah.
Sekitar pukul sebelas siang, (23/03) puluhan tahanan
dari Kepolisian DIY, dititipkan di Lapas Cebongan. Empat di antaranya merupakan
tersangka pembunuhan Santoso. Kepala lapas akhirnya takut akan terjadi masalah.
Kepolisian DIY menghubungi Panglima Kodam TNI Diponegoro, agar tidak mengganggu
dan meminta jaminan ke amanan untuk empat tahanan. Seperti yang dikutip Tempo
ia menjawab, “Tenang, akan aman”
Deki salah satu dari empat tahanan lain sudah merasa
ada yang tidak beres. Ia mencoba bertanya kepada sipir tentang keamanan di
Lapas Cebongan. Masalah kelengkapan senjata, Sipir menjawab seolah meyakinkan.
Sejumlah senjata seperti laras panjang, laras pendek, dan senjata kejut. Meski
demkian ke empat tahanan masih merasa was-was. Teman-teman tahanan lama
terlihat asik bermain kartu tapi mereka tidak bergabung.
Siapa yang tidak mengenal Deki, bagi tahanan lama ia
sangat disegani sehingga meski baru masuk Lapas langsung dipanggil “Bang.” Deki
merupakan tahanan yang terkenal dengan aksi kejahatannya: memperkosa dan
membunuh. Sehingga sebelumnya ia sudah pernah masuk bui, dan kembali melakukan
tindak pidana membunuh salah satu petinggi Koppasus.
Firasat buruk dari petugas LP Cebongan dan ke empat
tahanan ternyata benar terjadi. Sekitar pukul satu dini hari, belasan orang
memaksa masuk Lapas dengan mengancam akan meledakan Lapas jika permintaannya
untuk membuka gerbang pintu masuk tidak
dituruti. Setelah dibuka, Petugas Lapas ditodong dengan senjata dari belakang
kepala yang diminta untuk mengantar menuju “kamar” tahanan kawanan Deki.
Dua orang masuk menuju sel tahanan, sedangkan yang
lainnya menyebar untuk berjaga-jaga di luar LP cebongan, di dalam ruangan
setelah pintu masuk. Pelaku merusak sejumlah kamera pengintai. Setelah sampai di sel tahanan, satu orang
berjaga-jaga satunya lagi masuk ke dalam sel untuk menjadi eksekutor.
Sejumlah tahanan sekitar 30 orang berkumpul menjadi
satu, termasuk kawanan Deki. Para tahanan terlihat sedang tidur. Pelaku
berteriak mencari kawanan Deki. Para tahanan tidak ada yang menjawab. Pelaku
mengancam akan membunuh semua tahanan. Tapi tetap, para tahanan masih
bergerombol dan tidak mau menjawab. Pelaku akhirnya menyuruh para tahanan yang
bukan kawanan Deki memisahkan diri di sebelah kanan. Cara ini ternyata ampuh.
Tiga orang yang masih di tempat langsung diberondong dengan timah panas.
Pelaku sadar, masih ada satu yang bersembunyi di
gerombolan tahanan lain. Pelaku tidak kesulitan mencari tahanan yang ia cari.
Mimik mukanya terlihat ketakutan, ia ternyata berlutut di sebelah tembok.
Pelaku menembakan timah panas tepat di mulut korban. Darah pun berhamburan mengenai tahanan yang
ada disebelahnya.
Seperti yang dikutip Tempo dari sumber anonimnya,
salah satu tahanan berteriak “Hidup Koppasus.” Pelaku pun menghardik, “ Kamu
bilang apa, saya bunuh kamu.” Salah satu teman pelaku mengingatkan, untuk
segera keluar dengan menunjukan jam tangan. Sebelum keluar dari ruangan tiga
mayat yang ada di sebelah kiri masih
ditembak lagi dengan timah panas. Ke dua pelaku tidak lari, hanya berjalan
cepat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar